Langsung ke konten utama

Kala itu, hadir - Cuplikan (Part 2)

Hari-hari ku lalui dengan seperti biasa. Tanpa terlintas sedikitpun tentangmu. Aku memarkirkan motor dan bergegas menaiki anak tangga menuju peraduanku, berharap segera kutemukan ranjang empuk di depan mata.

Sore itu terasa sangat lelah. Dengan langkah cepat namun gontai, saraf-saraf di kepala berteriak meminta perlindungan diri. Mereka ingin menyudahi tugas beratnya hari ini. Aku baru saja pulang dari mencari inspirasi kata demi kata. Entah kenapa rasanya secentong ide tak sanggup untuk ku tuangkan dalam semangkuk tulisan. Tulisan-tulisan yang mesti ku aduk sedemikian rupa, secara cermat, berbahan dasar akar masalah, berkomposisi data dan fakta, serta tambahan untaian pemanis dalam setiap paragraf, hingga matang di halaman lampiran. Aku sedang berada di fase menulis tugas akhir.

Baru saja merebahkan tubuh di kasur yang selalu memanjakan penatku, terutama di saat akhir pekan tiba, ponselku berdering singkat memberi tanda. Sebuah pesan muncul. Ada namamu, bersamaan dengan wajah yang menunjukkan senyum khas itu. Senyum yang sampai saat ini aku tak pernah paham apa alasan ia berhasil meluluh lantakkan keteguhanku.
"Assalamualaikum".

Dan dari sapaan inilah sepenggal kisah dimulai. Kau menarikku untuk masuk ke dalam episode kehidupanmu.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyusuri Jejakmu - Cuplikan (Part 1)

Kau menyapa. Kedatanganmu tidak terduga. Entah dari sumbu mana kau bisa menemukan titik koordinatku. Entah dari dimensi mana kau hadir ke ruang waktuku. Yang termaktub dalam pikiranku saat itu, kau berhasil mengalihkan pagi dan malamku. Hutan pinus menjadi saksi awal bertemu. Aroma embun pagi yang menyertai. Tanah basah yang menemani. Semesta ikut bernyanyi. Kalau saja saat permulaan itu aku tau, kau adalah sosok yang menciptakan puing-puing harapan. Sekaligus meruntuhkan kekokohan tembok yang telah aku bangun. Begitupun, aku masih saja heran, butuh usaha ekstra untuk menjauhkan namamu dari anganku. Selamat! Kau baru saja menang. Memenangkan pertempuran di antara kalian bertiga. Kau, hati, dan logikaku. -2017-

Jobfair dan Sharing Pengalaman

Medan, 26 September 2014 21.33 WIB Assalamualaikum. Hari ini aku menjalani aktivitas dengan cukup produktif. Setidaknya ada kegiatan yang aku lakukan untuk mengisi waktu, menghilangkan kepenatan selama masih berstatus mengejar impian. Ada Jobfair di salah satu kampus di kota ini. Aku mencoba kembali melayangkan surat lamaran dan daftar riwayat hidup ke beberapa perusahaan yang hadir di Jobfair hari ini. Ku buang jauh-jauh rasa putus asa yang terkadang sering datang ke benakku. Aku mencoba. Dan InsyaAllah akan terus mencoba. Hingga yang aku inginkan tercapai. Perusahaan yang membuka lowongan melalui Jobfair tersebut tidak begitu banyak. Namun, setidaknya ada beberapa perusahaan yang bisa aku masukkan lamarannya sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Ini ikhtiar. Rezeki sudah di atur oleh Allah. Dan aku selalu percaya, segala sesuatu akan datang pada waktu yang tepat menurut Allah. Jadi apabila dari usahaku hari ini belum mendatang rezeki, semua aku kembalikan pada All...

Sepasang Mata

Sepasang mata yang pernah menghujam itu. Membuat logika melayang. Ia pergi dari tempat semestinya. Apa yang sebenar-benarnya terjadi.  Yang membuat logika itu terhempas begitu saja. Yang ditanam kuat, kini tercabut sesuka hati. Tak bisa menyelaraskan logika. Ia dikalahkan oleh sebuah rasa yang tak kupahami. Berdegup kencang. Aliran darah berdesir, melewati pembuluh darah begitu cepat.  Sangat tidak masuk akal. DAP – Agustus 2017