Langsung ke konten utama

Perbincangan pertama - Cuplikan (Part 3)

Bagiku malam itu terasa berbeda. Seperti ada sebuah daya yang datang, melaju melesat menghantarkan aliran listrik ke ragaku. Di saat yang bersamaan pula, gelombang elektromagnetik memancar dengan kecepatan cahaya dan frekuensi yang tinggi. Membawa sebuah energi. Ada apa ini? Tidak seperti biasanya. Sudah hampir larut pun aku masih enggan menemui kasur. Kepalaku masih tertunduk ke arah layar ponsel, dengan lihainya jari-jariku menari  menyusuri tombol keyboard. Sepasang mata yang tak beranjak dari layar, meski pancaran radiasi sudah memberikan efek lelah pada otot disekelilingnya. Tak usah kau tanyakan lagi bagaimana ekspresi wajahku membaca kata demi kata yang muncul pada perbicangan panjang itu.

Entah kenapa obrolan di awal terasa sangat lepas. Ia menanyakan berbagai macam hal yang membuatku ingin banyak bercerita. Sesaat aku mulai asyik mengetik tapi beberapa detik kemudian tertegun dan tersadar. Baru saja kenal dan belum benar-benar mengenalnya. Makhluk asing dari dimensi mana ia ini? Dengan cepat kutekan tombol silang pada keyboard untuk menghapus cerita panjang kali lebar itu. Aku menekan tombol enter setelah selesai mengetik garis besarnya saja.

Di sisi lain, rasa penasaranku kian bertambah. Tanpa kusadari waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam lebih. Ia mengingatkanku untuk segera menemui kasur yang sudah menunggu sedari tadi. Seraya pamit dan berharap bisa berbincang kembali di waktu berikutnya, ia mengucapkan selamat tidur.

Otakku masih kuat bekerja, untuk memikirkan siapa dia. Namun, karena malam semakin larut, ku putuskan untuk segera masuk ke alam bawah sadar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyusuri Jejakmu - Cuplikan (Part 1)

Kau menyapa. Kedatanganmu tidak terduga. Entah dari sumbu mana kau bisa menemukan titik koordinatku. Entah dari dimensi mana kau hadir ke ruang waktuku. Yang termaktub dalam pikiranku saat itu, kau berhasil mengalihkan pagi dan malamku. Hutan pinus menjadi saksi awal bertemu. Aroma embun pagi yang menyertai. Tanah basah yang menemani. Semesta ikut bernyanyi. Kalau saja saat permulaan itu aku tau, kau adalah sosok yang menciptakan puing-puing harapan. Sekaligus meruntuhkan kekokohan tembok yang telah aku bangun. Begitupun, aku masih saja heran, butuh usaha ekstra untuk menjauhkan namamu dari anganku. Selamat! Kau baru saja menang. Memenangkan pertempuran di antara kalian bertiga. Kau, hati, dan logikaku. -2017-

Jobfair dan Sharing Pengalaman

Medan, 26 September 2014 21.33 WIB Assalamualaikum. Hari ini aku menjalani aktivitas dengan cukup produktif. Setidaknya ada kegiatan yang aku lakukan untuk mengisi waktu, menghilangkan kepenatan selama masih berstatus mengejar impian. Ada Jobfair di salah satu kampus di kota ini. Aku mencoba kembali melayangkan surat lamaran dan daftar riwayat hidup ke beberapa perusahaan yang hadir di Jobfair hari ini. Ku buang jauh-jauh rasa putus asa yang terkadang sering datang ke benakku. Aku mencoba. Dan InsyaAllah akan terus mencoba. Hingga yang aku inginkan tercapai. Perusahaan yang membuka lowongan melalui Jobfair tersebut tidak begitu banyak. Namun, setidaknya ada beberapa perusahaan yang bisa aku masukkan lamarannya sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Ini ikhtiar. Rezeki sudah di atur oleh Allah. Dan aku selalu percaya, segala sesuatu akan datang pada waktu yang tepat menurut Allah. Jadi apabila dari usahaku hari ini belum mendatang rezeki, semua aku kembalikan pada All...

Sepasang Mata

Sepasang mata yang pernah menghujam itu. Membuat logika melayang. Ia pergi dari tempat semestinya. Apa yang sebenar-benarnya terjadi.  Yang membuat logika itu terhempas begitu saja. Yang ditanam kuat, kini tercabut sesuka hati. Tak bisa menyelaraskan logika. Ia dikalahkan oleh sebuah rasa yang tak kupahami. Berdegup kencang. Aliran darah berdesir, melewati pembuluh darah begitu cepat.  Sangat tidak masuk akal. DAP – Agustus 2017